Kamis, 02 Agustus 2012

Sejarah Kota Jakarta

 orang Jakarta pasti tau
Telusurindonesia – Awal mula berdirinya beberapa kerajaan dan kota besar di bumi ini diliputi mitos. Kekosongan data sejarah diisi dengan cerita legendaris. Demikian halnya dengan Roma, yang katanya didirikan oleh Romulus dan Remus, kakak-beradik yang dibesarkan oleh seekor serigala. Demikian juga diceritakan tentang negeri Matahari Terbit yang dikaitkan dengan keturunan dewi matahari, yang sampai kini menghiasi bendera kebangsaan Jepang.
Kota Jakarta
Menimbulkan polemik rupanya mitos semacam ini meliputi pula asal usul atau lahirnya Kota Jakarta, ibu kota tertua dari semua negara di Asia Tenggara, walaupun belum begitu tua jika dibandingkan dengan kota seperti Kyoto dan Thang-Long atau Hanoi umpamanya. Kalau demikian, atas dasar apa warga Jakarta merayakan hari jadinya yang ke-470 pada tahun ini? Sejarawan Abdurrachman Suryomomihardjo mengomentari keputusan Walikota Jakarta Sudiro (1953 – 1958) tentang hari jadi Jakarta sebagai “kemenangan Sudiro” yang berlandaskan “kemenangan Fatahillah” yang pastinya tidak kita ketahui.
Pada tahun ’50-an perdebatan tentang asal usul Jakarta memuncak dalam perang pena dua mahaguru, yaitu Dr. Soekanto dan Dr. Hussein Djajadiningrat. Polemik ini pun sudah menjadi sejarah yang dilupakan oleh sebagian besar penghuni Jakarta, yang dibuai terus dengan karangan-karangan resmi yang menampakkan asal usul ibu kota dengan begitu gamblang. Namun belum begitu lama Dr. Slametmulyana masih berpegang pada tesis bahwa nama Ja(ya)karta diturunkan dari nama adipatinya yang ketiga, yaitu Pangeran Jayawikarta, yang membela kotanya terhadap J.P. Coen, pendiri Batavia (1619), namun dikalahkan oleh saingannya dari Banten. Di balik berbagai teori yang kurang pasti ini apa yang pasti? Apa yang terbukti? Pertama, dokumen-dokumen tertua menyebutkan suatu permukiman di mulut Ciliwung bukan dengan nama Ja(ya)karta, melainkan Sunda Calapa. Dokumen tertua yang menyebut nama ini adalah Summa Oriental karangan Tome Pires, yang memuat laporan kunjungannya dari tahun 1512/15. Apakah Ma Huan, penulis laporan pelayaran armada Laksamana Zheng-Ho, yang kapal-kapalnya mengunjungi Pantai Ancol pada awal abad XV, mengenal Chia liu-pa (atau Calapa) belum dapat dipastikan kebenarannya.
Monumen Nasional
Direbut pasukan Cirebon Sebutan Sunda Calapa dipakai terus sampai pertengahan abad XVI (misalnya oleh A. Nunez, Lyro do pesos Ymdia, 1554) dan dimuat pada peta-peta Asia sampai awal abad XVII. Nama Ja(ya)karta untuk pertama kalinya disebutkan dalam suatu dokumen tertulis, yang berasal dari sekitar tahun 1553, yakni dalam karangan sejarawan Barros, yang berjudul Da Asia: Pulau Sunda adalah negeri yang di pedalaman lebih bergunung-gunung daripada Jawa dan mempunyai enam pelabuhan terkemuka, (Cimanuk) Chiamo di ujung pulau ini, Xacatara dengan nama lain (Karawang) Caravam, (Xacatara por outro nome Caravam), (Tangerang) Tangaram, (Cigede) Cheguide, (Pontang) Pontang dan (Banten) Bintam. Inilah tempat-tempat yang ramai lalu lintas akibat perniagaan di Jawa seperti pula di Malaka dan Sumatra …. (Barros, Da Asia decada IV, liv. 1, Cap XII, hlm. 77) . Jao de Barros (1496 – 1570) bekerja di Casa da India (1532 -1568) di Lisabon, tempat segala laporan dari Asia diterima dan diarsipkan. Meskipun karangannya tentang Asia Tenggara dari tahun 1553 menunjukkan keadaan yang sedikit lebih tua, kita tidak tahu persisnya dari tahun berapa. Karena itu nama Ja(ya)karta (dalam segala ejaannya) tidak terdokumentasi sebelum tahun 1550.
Tugu Selamat Datang
Dokumen Indonesia pertama yang memakai sebutan “Jakarta” tidak mungkin berasal dari sebelum tahun 1602. Dokumen ini merupakan suatu “piagam” dari Banten, yang ditemukan van der Tuuk (1870). Meski demikian, nama Sunda Calapa tetap dipergunakan juga sampai akhir abad XVI, bahkan dalam berita pelayaran Belanda dari akhir abad itu. Walaupun tidak dapat diketahui dari sumber sezaman, kapan pelabuhan di mulut S. Ciliwung itu berganti nama dan mungkin juga penduduknya, bisa dipastikan dari berbagai sumber Portugis (misalnya J. de Barros, F.L. Castaheda, G. Correa), yaitu pada akhir tahun 1526 atau awal 1527. Sunda Calapa direbut dari kekuasaan kerajaan Hindu Sunda oleh pasukan Islam dari Cirebon. Awak kapal Portugis yang dipimpin D. de Coelho dan terdampar di Pantai Sunda Calapa dibunuh dan dipukul mundur oleh penguasa baru . Maka, 470 tahun yang lalu pasti terjadi perubahan besar di daerah yang sekarang disebut “Kota”. Sunda Calapa (sampai 1526/27) maupun Jayakarta (1527 – 1619) terletak di sebelah selatan suatu garis yang dibentuk oleh rel kereta api dan jalan tol baru sedikit di sebelah utara Hotel Omni Batavia sekarang. Maka pasukan Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati sebagai sekutu (atau bawahan?) Kesultanan Demak mendarat di pantai yang terbentang kurang lebih pada garis tersebut. Mungkin juga ia menyerang Sunda Calapa melewati daratan dari arah Marunda. Hal ini agak sulit, karena pada zaman itu daerah antara Marunda dan Kota masih penuh hutan lebat serta rawa-rawa yang banyak buayanya.
Peta Kota Jakarta Sekarang
Mitos, legenda, atau hanya cerita? Masalah siapa yang memimpin tentara koalisi Cirebon-Demak-Banten melawan raja Pajajaran belum terpecahkan dengan tuntas. Rupanya hal ini tidak mungkin terungkap, karena dokumen sejarah dari masa itu tidak ada, baik yang berbentuk tulisan maupun benda sejarah. Nilai sejarah cerita Purwaka Tjaruban Nagari, yang pengarangnya menyebut diri Pangeran Aria Tjarbon masih diperdebatkan oleh para sejarawan. Naskah dari sekitar tahun 1720 ini telah beredar sejak awal abad XIX di luar lingkungan Keraton Cirebon. Belum ada edisi kritis dari naskah penting ini, apalagi mengenai kitab sumbernya, yang disebutkan pada halaman terakhir yakni naskah Negarakertabumi. Purwaka Tjaruban Nagari bukan dokumen dari zaman Jakarta didirikan, maka pengetahuan tentang sumbernya penting. Selain itu naskah ini penuh cerita ajaib dan bagian-bagian yang memperlihatkan kepentingan pihak Cirebon pada waktu itu. Atas dasar yang secara halus dapat disebut ketidakpastian itu dibangun suatu sejarah tentang tokoh “pendiri” Jakarta, yaitu Fatahillah. Keberadaan dan peran penting seseorang yang muncul dalam aneka sumber sejarah sebagai Tagaril, Fadilah Khan, Falatehan atau Fatahillah, tak dapat disangsikan. Namun identitas dan kegiatan tokoh dari Pasai (Sumatra Utara) itu belum jelas betul. Karangan dan seminar sejarawan Indonesia dan luar negeri masih tetap bergumul tentang siapakah Fatahillah, orang Gujarat keturunan Arab itu.
Peta Jakarta(Batavia) Tempo Dulu
Mengingat keadaan sumber-sumber sejarah yang sulit ditemukan, bahkan harus dikatakan hampir nihil, maka pada awal berdirinya Kota yang dinamai Jayakarta itu akan tetap diliputi kabut, sehingga mitos dengan leluasa dapat berkembang, dipelihara, bahkan diresmikan. Nasib ini memang bukan hanya khas Jakarta. Memang sejarah yang kritis kadang kala menyajikan kejadian historis sebagai peristiwa yang bercorak agak biasa, sedangkan mitos, legenda, dan cerita dengan leluasa dapat membakar imajinasi dan semangat. Tetapi ini bukan maksud sejarah yang ingin mengenal kenyataan dan menafsirkannya.
Apakah menginjak abad XXI ini orang akan puas dengan mitos ataukah mereka ingin mengetahui kebenaran? Kapankah akan terbit sejarah Jakarta yang kritis? Apakah sudah waktunya? Sudah mungkinkah dengan mengingat nasib aneka buku kritis yang muncul akhir-akhir ini? Jakarta yang merayakan hari ulang tahun ke-470 sepantasnya memiliki kajian sejarahnya, yang realistis serta ilmiah. Walaupun masa awal dan sejarah berikutnya akan tampak agak biasa, sejarah seperti ini diperlukan untuk membangun suatu rasa memiliki warga kota pada pergantian abad ini yang tidak lama lagi akan berlangsung. Mitos dan legenda tetap berfungsi, namun tidak memadai sebagai landasan pembangunan masa depan suatu masyarakat yang peduli pada nasib kotanya dan peninggalan-peninggalan sejarahnya.

Obyek Wisata dan Tempat Romantis di Semarang

semoga menikmati
foto: travelpod.ca
Sedang mencari-cari panduan? Atau sedikitnya pandangan-pandangan tentang obyek wisata, jalan-jalan, tempat nongkrong, tempat romantis, atau tempat-tempat menarik lain di Semarang? Jangan khawatir sobat, berikut ini, saya kumpulkan lebih dari 50 tempat menarik di posting saya kali ini. Simak ini.

Asal-usul Semarang (sedikit)

foto: akmphotography.blogspot.com
Awal sejarah Semarang berawal di deerah pesisir Pragota (sekarang Bergota) yang merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno pada abad ke-8. Sejak saat itu, Semarang sudah dikenal sebagai kota pelabuhan. Pelabuhan tersebut diperkirakan dulunya berada di daerah pasar Bulu dan memanjang hingga pelabuhan Simongan. Sekarang daerah tersebut bukanlah daerah pesisir lagi, hal ini disebabkan karena adanya pengendapan gugusan-gugusan kecil yang menyatu menjadi daratan dan masih berlangsung hingga saat ini.

Nama Semarang tak lepas dari Pangeran Made Pandan, dia diutus oleh Kerajaan Demak untuk menyebarkan ajaran Islam. Beliau memulai kisahnya dari bukit Pragota, konon tempat tersebut sangat subur dan di tumbuhi pohon Asam. Lalu beliau menamai daerah tersebut Semarang (berasal dari asem dan arang). yang-ini.blogspot.com

Semarang Hari Ini
Kota Semarang yang terletak di pesisir pantai utara ini menyimpan keunikan tersendiri. Sekarang, warga sekitar biasanya membagi menjadi dua wilayah, yaitu Semarang atas yang udaranya masih sejuk dan Semarang bawah yang relatif lebih panas karena dekat dengan pantai dan banyak industri besar yang mebuat udaranya menjadi panas.

Jika kita berkunjung ke Semarang, maka kita bisa menjumpai bangunan-bangunan peninggalan Belanda pada masa penjajahan. Oleh karenanya, Semarang kerap dijuluki Outstadt atau Little Netherland dalam bahasa Inggris. Sebut saja kawasan kota lama, Gereja Blenduk, Lawang Sewu, dll. Semoga saja situs-situs bersejarah tersebut mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah agar bisa bertahan dan terawat ya.



Saatnya Plesiran!!
Kali ini saya akan menulis tentang tempat-tempat tujuan wisata di Semarang, kota yang saya tinggali semasa remaja dulu. Bukan hanya obyek wisata, tapi juga tempat-tempat yang asyik buat nongkrong, tempat hiburan, tempat romantis dan tentu saja dengan sedikt cerita dari sisi lain tempat tersebut, Semoga bermanfaat.

1. Tugu Muda
foto: semarang.go.id

Terletak di tengah persimpangan Jl. Pandanaran, Jl. Imam Bonjol, Jl. Sutomo, dan Jl. Soegiyopranoto. Monumen ini dibangun untuk mengenang jasa para pahlawan kita dalam mengusir penjajahan Jepang. Tepatnya tanggal 14-19 Oktober 1945, dalam pertempuran yang dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari. Tugu ini berbentuk lilin menyala, bermakna sebuah semangat yang senantiasa menyala seperti para pejuang yang berjuang mempertahankan kemerdekaan.(yang-ini.blogspot.com)

Monumen ini diresmikan oleh Presiden Soekarno, Presiden Pertama RI pada 20 Mei 1953. Pada bagian bawah monumen tersebut, terdapat relief-relief yang menggambarkan kesengsaraan rakyat dan perjuangan para pejuang kita. Terdapat relief Hongeroedem, pertempuran, penyerangan, korban dan relief kenangan.

Pada bagian bawah, tugu ini dikelilingi kolam lengkap dengan beberapa air mancur kecilnya. Di sekeliling tugu juga telah dibangun taman yang cukup bagus, lengkap dengan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang membuat sejuk.

Mungkin kamu akan langsung berpikir, ‘ah hanya begitu saja.’ Eitz.. jangan salah, khususnya pada malam minggu, tempat ini selalu dipenuhi oleh anak muda kecuali hujan (hehee…). Kenyataannya cukup nyaman untuk menghabiskan malam minggu di sini, bisa bersama teman-teman, pacar, keluarga atau juga pacar teman juga boleh. Kita bisa membawa gitar untuk berdendang ramai-ramai dengan teman-teman, atau menikmati suasana seraya melihat eloknya Lawang Sewu yang berada di seberang jalan serta gemerlapnya lampu kota. Tenang saja, aman kok.
foto: suaramerdeka
Biasanya orang-orang yang baru pertama datang akan bingung dimana akan memarkir kendaraan kita. Karena itu, kita bisa menitipkannya di parkiran Museum Bank di sebelah barat tugu atau di sekitar Lawang Sewu. Pada malam minggu khususnya, tempat ini dijadikan tempat parkir.

2. Simpang Lima
Ada pepatah yang mengatakan “belum ke Semarang kalau belum ke Simpang Lima,” Memang benar, Simpang Lima telah menjadi identitas kota ini. Seperti di kebanyakan kota lainnya yang memiliki alun-alun di pusat kotanya, maka Semarang punya Simpang Lima. Seperti namanya, alun-alun Simpang Lima terletak di tengah lima persimpangan jalan (atau enam?)

Alun-alun ini sudah ada semenjak masa pemerintahan Adipati Semarang pertama. Lalu fungsi Simpang Lima menjadi alun-alun kota adalah saran dari Presiden Soekarno, Presiden Pertama kita agar dapat menjadi pengganti dari kanjengan. Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang Simpang Lima berubah fungsi menjadi pusat perbelanjaan, tempat upacara, rekreasi, dll.

Sering pula diadakan acara-acara konser besar di alun-alun ini. Betapa beruntungnya musisi-musisi yang berhasil naik panggung di tempat ini. Saya yakin, mereka mendapat aura tersendiri dan sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Atmosfer dan suasana Semarang bagi saya selalu menyimpan misteri. Dari tempat ini kuta juga bisa menikmati pemandangan kota dengan gedung-gedung hotel mewah dan beberapa pusat perbelanjaan serta pusat-pusat hiburan.

Pada malam minggu Simpang Lima berubah menjadi pasar malam, berbagai macam barang kerajinan, permainan dan pakaian bisa kita dapatkan disini. Belanja sambil menikmati suasana Simpang Lima akan sangat menyenangkan.

Dulu sebelum ditertibkan – pada Minggu pagi, kawasan ini tidak kalah ramai karena di bagian lapangannya dipenuhi dengan berbagai penjual (termasuk saya juga pernah jualan di sini). Mulai dari kerajinan tangan, pakaian, sandal-sepatu, tanaman hias, berbagai peralatan rumah tangga, dan masih banyak barang-barang lain seperti layaknyanya pasar malam.

Awul-awul menjadi tren tersendiri di Simpang Lima pada minggu pagi pada saat yang lalu. Awul-awul adalah pasar kaget mingguan yang memperdagangkan pakaian bekas layak pakai. Banyak para pelajar dan mahasiswa yang ‘ngawul’ pada Minggu pagi, biasanya untuk menggalang dana acara di sekolahan/kampus mereka seperti konser, pentas seni, dan acara-acara kampus lainnya. Kabarnya, para peng-awul sekarang sudah berpindah ke daerah Taman KB –tak jauh dari Simpang Lima.(yang-ini.blogspot.com)

Pakaian yang dijual juga biasanya masih bagus-bagus dan yang pasti bisa kita bawa pulang dengan harga yang sangat spesial (mulai dari 3 ribu – 20 ribu). Pasar kaget ini biasanya membludak sampai ke Jalan Pahlawan dengan jenis pasar yang agak berbeda yaitu penjual-penjual yang memakai mobil untuk kiosnya.

Jika lapar, jangan kuatir. Di sekeliling Simpang Lima ada nasi ayam yang bisa kita nikmati sambil ber-lesehan-ria, atau tahu gimbal, makanan semacam tahu campur dengan udang. Pasti akan jadi kenangan tak terlupakan, berbelanja dengan orang-orang tercinta setelah jalan-jalan pagi lalu menikmati sarapan pagi bersama-sama.

3. Pantai Marina
Jangan berharap bisa menikmati ombak besar seperti yang bisa kita dapatkan di pantai-pantai selatan Jawa. Di Pantai Marina kita hanya bisa menikmati ombak-ombak yang tenang khas pantai-pantai utara Jawa lainnya.

Kendati demikian, obyek wisata ini memiliki fasilitas kolam renang, lapangan voli, gazebo dan trotoar yang mengelilingi pantai. Pantai ini dikelilingi oleh perumahan elit, suasana romantispun akan bertambah hangat saat menjelang sunset. Di Pantai Marina, kita bisa menikmati ketenangan pantai seraya menikmati rujak buah yang dijajakan penjual keliling.

Pada bagian pantai, sebagian besar dialasi dengan paving block, dilengkapi gazebo dan pepohonan sehingga kita bisa berteduh di bawahnya tanpa kepanasan. Kita juga bisa menyewa perahu untuk berkeliling di sekitar pantai.

4. Kawasan Kota Lama dan Gereja Blenduk
foto: flicker.com

Kawasan ini bisa menjadi pilihan tepat jika kita menginginkan wisata dengan suasana tempoh doeloe. Berfoto atau membuat video kenangan mungkin bisa menjadi ide brilian. Bangunan-bangunan peninggalan Belanda ini masih berdiri dengan megahnya, namun sayang hanpir separuh dari bangunan-bangunan ini kurang terawat.

Karena daerah ini rawan banjir, maka jalan di kawasan ini dibuat dari paving block untuk menyerap air. Selain itu, pemerintah setempat juga telah membangun polder yang cukup besar di depan stasiun tawang yang berfungsi menampung air.

Kawasan ini juga pernah digunakan untuk pengambilan film GIE yang mengambil setting suasana tempo doeloe. Kawasan ini terlihat sangat elok pada sore hari, tapi terkadang agak seram juga jika kita berjalan-jalan di malam hari.

Gereja Blenduk adalah situs yang paling terkenal di kawasan ini. Bangunan antik yang dibangun pada 1750an ini memiliki atap berbentuk kubah hexagonal (bersegi delapan) sehingga orang Jawa melafalkannya dengan mblendhug. Arsitek yang merancang gereja ini bernama Hpa De Wilde dan W Westmas, dahulu digunakan sebagai gereja Nederlandsche Indische Kerk. Gereja ini juga sudah mengalami beberapa kali perbaikan.

Bangunan bersejarah ini beralamat di Jl. Letjen Suprapto 32, temboknya disiram dengan cat berwarna putih dan merah-kecoklatan pada bagian atasnya. Kini gereja ini tetap digunakan sebagaimana fungsinya sebagai gereja dengan nama GPIB Immanuel. Interior gereja ini masih ‘sangat Belanda,’ terdapat tumbuhan yang tersulur rapi dari bahan dan balkonnya mempunyai bentuk yang unik dan indah.(yang-ini.blogspot.com)

Kawasan ini cocok sekali bagi siapa saja yang ingin merasakan suasana romantis tempo doeloe sekaligus bernostalgia. Satu lagi ide yang mungkin brilian dari saya, ajaklah sang kekasih berkeliling Kota Lama dengan sepeda onthel. Wow, pasti akan menjadi pengalaman tak terlupakan.
5. Gedung Batu (Sam Poo Kong)
foto: proxy.caw2.com

Situs bersejarah Gedung Batu juga dikenal dengan nama Sam Po Kong, merupakan peninggalan dari seorang Laksamana Tiongkok bernama Cheng Ho / Zheng He yang beragama Islam. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya kota Semarang.

Bangunan oriental yang menarik untuk dikunjungi ini berarsitektur Cina karena dibangun oleh Laksamana Cheng Ho. Meskipun Laksamana Cheng Ho beragama Islam, tapi sekarang di tempat ini juga terdapat altar sebagai pemujaan, bersembahyang dan tempat ziarah khususnya yang dilakukan penganut agama Kong Hu Cu. Terdapat pula patung-patung Sam Po Tay Djien.


Sam Po Kong memiliki sejarah yang panjang mengenai Laksamana Cheng Ho yang tersohor sebagai penakluk samudera. Konon, setelah Cheng Ho meninggalkan tempat tersebut untuk melanjutkan perjalanannya, banyak awak kapalnya yang tetap tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka menjadi petani yang bercocok tanam di sawah maupun ladang. Cheng Ho juga mengajari bercocok tanam sekaligus menyebarkan agama Islam.

6. Lawang Sewu

Bangunan yang dahulu dikenal dengan nama Wilhelmina Plein ini mulai dibangun pada 1904. Sayangnya, kini hanya terkenal sebagai tempat angker, bahkan pernah juga digunakan untuk film dengan judul yang sama dengan nama bangunan ini.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan citra Lawang Sewu yaitu dengan sesekali diadakannya pameran/expo dan juga tourism expo. Namun sepertinya nasib Lawang Sewu masih tidak jelas dan semestinya mendapat perhatian khusus dari pemerintah.(yang-ini.blogspot.com)

Gedung ini terletak berdekatan dengan Tugu Muda. Dinamakan Lawang Sewu karena gedung ini memiliki banyak sekali pintu dan jendela dengan arsitektur kolonial, meskipun nyatanya jumlah pintu Lawang Sewu tidak sampai seribu (jawa=sewu).


Yang paling terkenal dalam dunia misteri tentang gedung ini adalah ruang bawah tanahnya. Pada saat penjajahan Jepang, gedung ini mereka ambil alih dari Belanda dan ruangan bawah tanah yang sempit dan rendah itu digunakan untuk penjara, tempat ini sangat gelap karena minimnya cahaya yang masuk.

Konon tempat ini digunakan oleh penjajah Jepang untuk mengeksekusi para pemuda kita yang mencoba melawan. Setelah dipenjarakan, mayat-mayat mereka dibuang ke sungai yang terletak di sebelah gedung ini. Tempat ini masih bisa ‘dinikmati’ hingga sekarang. Jika bingung, cari saja pemandu untuk mengantar dan menjelaskan tentang bagian-bagian tempat tersebut.


Menurut cerita yang beredar, konon sering terjadi penampakan di tempat ini, khususnya pada malam hari. Oleh karena ke-angkeran gedung ini, banyak pelancong yang penasaran untuk melihat dengan langsung. Tak ketinggalan para mistery guide juga siap mengantarkan kita menjelajah. Sepertinya gedung ini sudah beralih fungsi menjadi obyek wisata misteri ya.

7. Taman Tabanas Gombel

Apakah kamu termasuk orang yang romantis? Mungkin komplek Taman Tabanas di daerah Gombel bisa salah satu tempat yang tepat untuk ber-romantis-ria.

Pasalnya, dari tempat ini kita bisa melihat keindahan kota Semarang bawah secara luas. Sambil menikmati hidangan yang tersedia di restaurant Alam Indah, café, atau hotel, kita bisa menikmati gemerlap lampu kota yang sangat indah, lampu-lampu dari kapal-kapal besar juga nampak dari kejauhan, belum lagi jika ada pesawat terbang yang melintas dengan kelipan lampunya, pasti akan memberi kesan sendiri.



Sewaktu saya masih anak-anak, sesekali saya mengunjungi kakak saya yang lebih dulu tinggal di Semarang, sayapun selalu merengek untuk mengunjungi tugu yang ada patung celengannya alias Taman Tabanas. Saya yang dari desa ini, hingga kini selalu terpesona dengan keindahan panorama kota Semarang bawah yang tertangkap dari Gombel. Walau kenyataanya, saya belum pernah mengajak kekasih saya berduaan disini, tapi tempat ini selalu bisa memberi kesan romantis tersendiri buat saya.(yang-ini.blogspot.com)

8. Pantai Maron
foto: semarangnews.wordpress.com

Semarang memang tidak memiliki wisata pantai yang banyak, dan jujur saja menurut penilaian saya pribadi, tidak seindah pantai-pantai di laut selatan Jawa (orang Semarang jangan tersinggung lho… hehe..) Tapi Pantai Maron bisa menjadi pilihan wisata pantai lain saat kita berkunjung ke Semarang.

Untuk mencapai pantai ini kita memerlukan sedikit perjuangan. Hal tersebut dikarenakan jalan dari bandara A.Yani menuju pantai tidaklah rata dan belum diaspal. Namun jika teman-teman menyukai petualangan off-road sepertinya akan mengasyikan. Jangan lupa untuk mengenakan kaca mata atau turunkanlah kaca helm untuk pengendara beroda dua, karena jalan tanah tentu saja akan berdebu-debu dan panas.

Kondisi diatas bisa dimaklumi karena pengelolaan pantai ini bukan oleh pemerintah melainkan masih swadaya non-pemerintah. Semoga saja, wacana tentang pengambil-alihan pengelolaan pantai Maron oleh Pemerintah benar-benar akan terlaksana, agar Semarang juga memiliki wisata pantai yang indah. tapi jangan dikorup ya pak, nanti yang bagus separuh doang.

Kabarnya, nama ‘Maron’ berarti Marina Kulon (barat), maksudnya Kulon-ne Marina. Kalau mau, jika kita berjalan menyusuri pantai, kita juga bisa sampai di Pantai Marina tanpa tiket.

Pantai ini sebenarnya tidaklah terlalu istimewa, ada juga yang mengatakan kalau pantai ini adalah pantai buatan. Hal ini bisa terlihat dari pasirnya yang tidak seperti pasir pantai. Sisi baiknya, tiket masuk cukup terjangkau, yaitu empat ribu rupiah saja per kendaraan roda dua. Kemudahan mendapatkan makanan terjamin, tempat yang lebih santai, keamanan parkir yang terjaga dan mudah, dan yang penting kita bisa bermain ombak di pantai Maron.

Tua-muda mulai membanjiri pantai pada sore hari, kita bisa duduk sambil menikmati es kelapa muda di pinggir pantai. Atau kita juga bisa duduk-duduk di sepanjang pemecah ombak, jangan khawatir ombaknya tidak terlalu seram kok.

9. Jalan Pahlawan
Jalan ini terletak di sebelah barat daya dari kawasan Simpang Lima. Setelah puas menikmati Simpang Lima kita bisa meneruskan rangkaian jalan-jalan ke Jalan Pahlawan ini.

Dulu (lagi-lagi dulu), sebelum digusur, banyak sekali deretan warung kaki lima membentang sepanjang jalan ini. Mulai dari es campur, tahu gimbal, bakso, dan sebagainya ada di sini. Sambil menikmati makanan-makanan khas Semarang kita juga bisa menikmati Semarang di waktu malam dengan santai.

Selain ramai di malam Minggu, tempat ini juga selalu ramai saat bulan puasa dan dijadikan tempat ngabuburit terfavorit anak-anak muda Semarang yang menantikan buka puasa bersama.

Sekarang, kawasan ini sudah dibebaskan dari pedagang kaki lima. Tapi masih saja ramai dengan anak-anak muda pada khususnya. Buat kamu yang hobi ngumpul dengan anak-anak komunitas otomotif, Jalan Pahlawan juga masih menjadi tempat nongkrong anak-anak motor/mobil, komunitas dance, skaters, sepeda, dan banyak komunitas lainnya. Jika malam sudah cukup larut, kadang kita bisa melihat mereka ber-free style-ria. Tentu saja akan memuaskan untuk kamu yang hobi menjalin hubungan dengan komunitas-komunitas semacam ini.

Dari Jalan Pahlawan, kita juga bisa menuju ke komplek kampus Universitas Diponegoro Pleburan. Hampir sama seperti komplek kampus lainnya, di daerah ini kita disuguhi dengan pemandangan-pemandangan khas kampus.

10. Johar
foto: picasaweb.google.com

Buat kamu yang suka shopping di pasar tradisional, Pasar Johar bisa jadi salah satu pilihan. Pasar ini dulunya bernama Pasar Ya’ik, namun seiring berjalannya waktu, kini orang-orang biasa menyebutnya dengan Pasar Johar.

Di pasar Johar kita bisa mendapatkan buah-buahan, pakaian, alat musik dan olah raga, piranti elektronik, peralatan rumah tangga, buku-buku, bermacam bahan makanan, cinderamata, dan berbagai macam kebutuhan sehari-hari.

Pasar yang didirikan pada tahun 1939 ini merupakan pasar terbesar di Semarang, bangunan pasar ini juga masih bertahan dengan bangunan tradisionalnya. Sayangnya, pasar ini juga terkenal kurang bersih. Hal tersebut akan menemui puncaknya bila daerah ini tergenang banjir, tentu saja tempat tersebut menjadi kurang sedap untuk dikunjungi. Alangkah baiknya jika pemerintah daerah menepati janjinya untuk lebih memperhatikan pasar tradisional ini.(yang-ini.blogspot.com)

Menikmati es buah di bawah plasa seberang pasar bisa meneduhkan udara panas Semarang. Kita juga bisa menikmati semilir angin dari dalam pasar di lantai dua. Rasanya kita tidak akan menemui kenikmatan bila hanya menggerutu, lebih baik nikmati saja suasana khas pasar Johar.

11. Masjid Agung Jawa Tengah

foto: shantikatour.i-bizz.com
Masjid yang sangat megah ini selesai dibangun pada tahun 2006 dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 Nopember 2006. Komplek masjid yang memiliki luas sekitar 10 Hektar ini memiliki bangunan induk seluas 7.669m2, mampu menampung 6000 jamaah. Bagian pelatarannya seluas 7500m2 mampu menampung 10.000 jamaah, dilengkapi dengan payung raksasa yang bisa otomatis membuka dan menutup seperti yang terdapat di Masjid Nabawi di kota Madinah.

Arsitektur masjid ini adalah perpaduan antara arsitektur Jawa, Arab dan Yunani. Pembangunan masjid ini menelan biaya sebesar 198.692.340.000 rupiah. Terdapat pula auditorium yang mampu menampung 2000 jamaah.

Masjid Agung ini selain untuk tempat ibadah umat Muslim, juga dipersiapkan sebagai obyek wisata religius. Terdapat pula wisma berkapasitas 23 kamar dengan kelas yang berbeda. Selain itu terdapat juga fasilitas hiburan, kereta kelinci siap untuk mengantar kita berkeliling kompleks masjid yang menakjubkan ini.

Menara Al Husna adalah sebuah menara yang tingginya 99 meter. Terdapat studio radio dakwah di lantai dasar, di lantai dua dan tiga digunakan sebagai museum kebudayaan Islam, di lantai 18 terdapat kafe Muslim yang bisa berputar 360 derajat. Di lantai 19 ada menara pandang yang dilengkapi dengan 5 buah teropong sehingga kita bisa melihat kota Semarang.

12. Museum Ronggowarsito
foto: arsipberita.com

Bila ingin mencari museum terlengkap di Semarang, datanglah ke Museum Ronggowarsito. Museum ini memiliki koleksi sejarah, alam, arkeologi, kebudayaan, era pembangunan dan wawasan nusantara yang lengkap.

Museum yang berada di Jl. Abdul Rahman Saleh ini, buka setiap hari pada pukul 08.00 – 14.00 kecuali hari Senin. Museum ini berdiri diatas lahan seluas 1,8 Ha. Nama Ronggowarsito sendiri diambil dari nama pujangga kenamaan yang terkenal dengan karyanya dalam bidang filsafat dan kebudayaan.

13. Mal dan Plasa

Semarang juga memiliki beberapa mal dan plasa yang cukup besar. Selain untuk berbelanja, kita juga bisa menikmati meriahnya suasana mal sambil bersantai di food court, jika tidak ingin berbelanja kita bisa sekedar jalan-jalan mencuci mata.

Memang kebanyakan pusat perbelanjaan modern yang besar terdapat di Semarang bawah. Tapi tentu saja hal tersebut bukan menjadi halangan karena kita bisa dengan mudah mencapai tempat-tempat tersebut termasuk jika menggunakan angkutan umum jika kita berangkat dengan jarak yang cukup jauh dari pusat kota.

Beberapa plasa dan mall yang terkenal di Semarang antara lain:
1. Plasa Simpang Lima
foto: skycrapercity.com
seringkali masyarakat sekitar menyebutnya dengan Matahari Simpang Lima. Plasa ini terletak di Simpang Lima atau tepatnya di Jl. Ahmad Yani. Ditempat ini, kita bisa berburu barang-barang dengan harga yang relatif lebih kompetitif.
2.Mall Ciputra

mall yang satu ini bersebelahan dengan Simpanglima Plasa. Terdapat juga jembatan penghubung yang menghubungkan kedua pusat perbelanjaan tersebut, sehingga kita dengan mudah berkeliling menuju tempat lain tanpa harus keluar dahulu. Mall yang lebih ramai dikunjungi ini, dilengkapi dengan 21 untuk memanjakan hobi nonton kita, selain itu masih banyak spot-spot menarik di mal yang enjoyable dan cukup lengkap ini.
3.Java Mall

Mall ini memiliki bentuk yang unik, yaitu atap hijaunya yang berbentuk seperti kubah dan dihiasi dengan lampu. Mal yang terletak di daerah Peterongan ini nyaman untuk berbelanja dengan fasilitasnya yang lengkap.
4. DP Mall

mall yang terletak dekat dengan Balai Kota ini beralamat di Jl. Pemuda 150. Hadir dengan bangunan yang luas dan nyaman. Food courtnya juga cukup nyaman untuk menghabiskan waktu mencicipi berbagai menu masakan yang tersedia disamping ber-shopping.
5.Paragon
foto: toxictatoo.wordpress.com
mall yang terletak di Jl. Pemuda ini adalah yang paling baru diantara keempat pusat perbelanjaan diatas. Mall ini adalah yang paling besar dan megah. Gedungnya berarsitektur modern dan sangat nyaman untuk berbelanja atau sekedar jalan-jalan. Untuk memuaskan hobi menonton, terdapat juga bioskop XXI.yang-ini.blogspot.com

14. Kompleks Pecinan
foto: yogasoek.blogspot.com
Kawasan ini sering disebut wilayah seribu klenteng, hal tersebut karena hampir di setiap gang terdapat klenteng dengan keistimewaannya masing-masing. Dari 11 klenteng besar yang ada di Semarang, 10 diantaranya ada di kompleks pecinan ini. 10 klenteng besar tersebut, adalah Klenteng Siu Hok Bio, Hoo Hok Bio, Kong Tik Soe, Tay Kak Sie, Tong Pek Bio, Liong Hok Bio, Tek Hay Bio, Wie Wie Kiong, See Hoo Kong dan Klenteng Grajen.

Klenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok adalah klenteng induk dari seluruh klenteng di Semarang. Sedangkan klenteng Wie Wie Kiong yang terdapat di Jl. Sebandaran I adalah Klenteng terbesar di kawasan pecinan ini.

Kehidupan masyarakat Tionghoa disini masih menjunjung tinggi tradisi, kita bisa berkeliling sambil menikmati suasana oriental khas China town. Selain itu, kawasan pecinan Semarang juga terkenal dengan wisata kulinernya, apalagi di kompleks pasar Semawis.

Di kompleks ini tersedia beraneka masakan lezat, sebut saja diantaranya ada Nasi Pindang dan Soto Sapi Bu Tris, Nasi Gudeg Mbok Sireng, Nasi Ayam Karangturi, Nasi Goreng Babat dan Babat Gongso Kenangan, Sate Sapi Pak Kempleng, Tahu Pong Gang Lombok, Wedang Ronde, Wedang Kacang Tanah, Es Congklik Pasar Semawis, Aneka Teh dengan merk tempo doeloe, aneka es, Serabi Kuah Khas Kalicari, Loenpia Aduhai, dan ratusan menu lainnya yang siap meladeni lidah dan hobi wisata kuliner kita, tak ketinggalan seraya menyantap hidangan kita juga bisa mendengarkan lagu-lagu mandarin yang menambah kental aroma oriental.(ez)yang-ini.blogspot.com

Asal Usul Kota Semarang


Saat itu di Jawa Tengah berdirilah kerajaan Demak yang merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam. Hiduplah seorang pangeran yang terkenal bernama Raden Made Pandan. Beliau terkenal sebagai seorang ulama dan seorang bangsawan. Banyak orang yang hormat dan segan terhadap beliau.beliau mempunyai seorang putra yang bernama Raden Pandanarang. Seperti halnya bapaknya Raden Pandanarang ini terkenal sebagai anak yang sopan, ramah, baik hati dan berbakti kepada orang tuanya.
Kemudian Raden Made Pandan mengajak anaknya dan para pengiringnya untuk meninggalkan kesultanan Demak. Mereka pergi kearah barat untuk mencari daerah baru yang akan ditempati. Berhari-hari dalam perjalanan, akhirnya Raden Made Pandan meminta berhenti dan merasa cocok dengan daerah yang dirasa cocok untuk didiami.
Hutan itupun dibuka dan didirikan pondok pesantren dan lahan pertanian. Di tempat baru tersebut Raden Made Pandan mengajarkan agama Islam kepada para pengikutnya. Lama kelamaan keberadaan tempat tersebut dan pondok pesantren itu mengundang banyak orang untuk datang menimba ilmu agama di tempat tersebut.
Di tempat inilah Raden Made Pandan merasa senang hati hidup bersama putranya. Beliau berharap sang putra nantinya bisa menggantikanya untuk menjadi guru agama Islam di tempat mereka sekarang.
Sebelum meninggal Raden Made Pandan berpesan kepada putranya Raden Pandanarang agar melanjutkan cita-ita beliau. Raden Pandanarang diminta untuk tidak meninggalkan daerah tersebut. Raden Pandanarang diminta untuk menyebarkan agama Islam di tempat itu serta mengelola tanah pertanian di sekitar derah itu.
Wasiat ayahnya itu benar-benar diperhatikan oleh Raden Pandanarang. Raden Pandanarang menjadi seorang guru agama yang menyampaikan ilmu agama Islam kepada masyarakat sekitar, serta mengelola lahan pertanian. Dari hasil pertanian didapatkan hasil panen bahan pangan yang melimpah. Dengan relatif singkat banyak orang datang untuk belajar ilmu agama Islam.
Suatu hari Raden Pandanarang menggarap lahan pertanian bersama para pengikutnya, tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh. Di antara pohon yang hijau subur itu terdapat beberapa pohon asam yang tumbuh saling berjauhan. Orang-oarang yang melihat hal itu juga heran, mengapa di tanah yang subur itu tumbuh pohon asam yang saling berjauhan?
Demi melihat kejadian itu Raden Pandanarang mengatakan bahwa daerah ini saya beri nama Semarang. Berasal dari kata Asem yang jarang-jarang. Demikianlah asal usul kota Semarang yang kini menjadi kota yang ramai di Jawa Tengah bahkan menjadi ibu kota propinsinya. Karena jasanya membuka dan mendirikan pertama kali kota Semarang, yaitu Raden Pandanarang, maka beliau diangkat langsung sebagai pimpinan serta mendapat gelar Ki Ageng Pandanarang I.

kota gue nih(lah kok malah curhat yakk)

Rabu, 01 Agustus 2012

Monumen Nasional Tugu MONAS

pasti orang Indonesia pada kenal ama tugu yg satu ni liat yokk
Monas ke Angkasa
Monumen Nasional menjulang tinggi ke angkasa (©2008 arie saksono)
Monumen Nasional atau yang dikenal dengan Monas atau Tugu Monas terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada tahun 1960. Monumen Nasional adalah salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik, merupakan batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan berdasarkan kebudayaan hindu. Tugu ini menjulang setinggi 132 meter (versi lain mengatakan 137 meter dihitung dengan tinggi ruang yang ada di bawah tanah 5 meter).
Tugu Monas
Tugu Monas/ Monumen Nasional (foto: ©2008 arie saksono)
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 kg. Obor atau lidah api yang menyala-nyala ini merupakan simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang tak pernah padam dalam meraih kemerdekaan. Konon pada saat Indonesia merayakan 50 tahun kemerdekaannya pada tahun 1995 sejumlah pengusaha Indonesia menyumbangkan sejumlah emas sehingga berat total emas yang melapisi api kemerdekaan di puncak monas menjadi 50 kilogram. Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Arsitek yang merancang tugu ini adalah Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
api-monas
Api Tugu Monas dilapisi emas 50 kg (foto: ©2008 arie saksono)
Pelataran puncak dengan luas 11 meter x 11 meter dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan evelator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Sementara ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.Dari pelataran puncak, 17 meter lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.Pelataran puncak tugu berupa “Api Nan Tak Kunjung Padam” yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 meter. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 meter x 45 meter, merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 meter di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar “Bambu Kuning”. Landasan dasar Monas setinggi 3 meter, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.Pada keempat sisi ruangan masing-masing terdapat 12 jendela peraga atau diorama yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis marmer dengan total keseluruhan 48 diorama. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan RI.
Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan semangat perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
image0050 yoni
Perpaduan Lingga dan Yoni, simbol kesuburan (©2008 arie saksono)
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan), sementara pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Lingga dan yoni tersebut merupakan cerminan simbol kesuburan yang berdasarkan pada kebudayaan Hindu. Keduanya melambangkan symbol perwujudan kesuburan tanah air Indonesia. Semua Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga tradisional yang terdapat di rumah penduduk Indonesia. alu dan lumpang (penumbuk padi) tersebut juga merupakan perwujudan kesuburan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
Lapangan Monas mengalami beberapa lima kali penggantian nama yaitu Koningsplein, Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga.
tiket monas
Tiket Monas
Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 – 17.00 WIB. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung ke sini. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari puncak Monumen Nasional dapat dilihat pemandangan kota Jakarta.
>Update informasi: Mulai tanggal 1 April 2010 Monumen nasional buka pukul 09:00 hingga 15:00. Harga tiket menuju Cawan dan Museum Rp. 3.500. Bila anda ingin naik hingga ke pelataran puncak maka anda harus membeli tiket lagi seharga Rp. 7.500. jadi total Rp. 10.000.

Sejarah Candi Borobudur

biasa bacot dulu..kali ini tentang candi borobudur semoga menikmati

Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha.

Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha.

Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.

Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.



Candi Borobudur
Arsitektur Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di nirwana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh stupa utama di tingkat paling atas. Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala yang menggambarkan kosmologi Buddha dan cara berpikir manusia.

Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan patung pada seluruh Candi Borobudur.

Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian total 42 meter. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen.

Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai ditumpuk dan disambung. Relief terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda. Relief ini dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi Buddha lainnya.


Perayaan Waisak di Borobudur

Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni pada tahun kabisat), umat Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi Borobudur. Waisak diperingati sebagai hari kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi dengan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci Waisak. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.

Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama, penganut Buddha berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu, Borobudur dipercayai sebagai tempat berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan muncul secara kelihatan pada puncak gunung di bagian selatan.


Borobudur

Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi penganut Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu Waisak.

Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia yang pernah dibuat di Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan budaya utama di Indonesia selain Bali dan Jakarta. Setelah mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga mengunjungi desa di sekitarnya seperti Karanganyar yang memiliki beberapa obyek wisata menarik.