Selasa, 25 September 2012
Asal Usul Surabaya
Dahulu, dilautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Mereka sering terjadi perkelahian hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang ataupun kalah. Akhirnya mereka mengadakan kesepakatan.
“Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya,” kata ikan Sura.
“Aku juga, Sura. apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya buaya.
Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan buaya segera menerangkan.
” Untuk mencegah perkelahian diantara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa didalam air, sedangkan kamu berkuasa didaratan dan mangsamu harus yang berada didaratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air pada waktu pasang surut!”
“Baik aku setuju gagasanmu itu!” kata Buaya.
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa disungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan. tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
” Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.
Ikan Hiu sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja.
“Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku,” kata Ikan Hiu Sura.
“Apa? Sungai itu kan tempatnya didarat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada dilaut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!” Buaya ngotot.
” Tidak bisa. Aku kan pernah bilang kalau diair hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab Ikan Hiu Sura.
“Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?”
“Tidak! kukira alasanku cukup kuat dan aku memang dipihak yang benar!” kata Sura.
“Kau sengaja mengakaliku. aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.
“Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau kalah.
“Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku?. Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya.
“Berkelahi lagi, siapa takuuuut” tantang Sura dengan pongahnya.
Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air disekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura dipangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok kekiri. Sementara Ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali kelautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara Ikan Hiu Sura dengan Buaya ini sangat berkesan dihati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu Ikan Sura dan Buaya.
Namun ada juga yang berpendapat Surabaya berasal darikata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya, Baya berarti Bahaya. Bahaya yng dimaksud adalah serangan tentara tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa. Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oelh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan Jayakatwang, orang-orang Tar-tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa keTiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan seperti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-tar dipelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ketiongkok.
Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai harijadi Kota Surabaya.
Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal 10 Nopember 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar