1. Revolusi Oktober
Revolusi
Bolshevik atau dikenal juga dengan Revolusi Oktober adalah revolusi
yang dilakukan oleh pihak komunis Rusia, di bawah pimpinan Lenin.
Setelah merebut kekuasaan di Petrograd, ibu kota Rusia kala itu. Mereka
menggulingkan pemerintahan nasionalis di bawah pimpinan Alexander
Kerensky yang mulai memerintah sejak bulan Februari. Pemerintahan ini
diangkat setelah Tsar Nikolas II dari Rusia turun takhta karena dianggap
tidak kompeten.
Walaupun revolusi ini terjadi pada
tanggal 7 November 1917 menurut penanggalan Gregorian di Rusia, namun
dikarenakan Rusia saat itu masih memakai Kalender Julian, maka menurut
penanggalan Julian, peristiwa ini terjadi pada tanggal 25 Oktober 1917,
oleh sebab itu revolusi ini disebut Revolusi Oktober.
2. Revolusi Taiping
Pemberontakan
Taiping adalah revolusi skala besar yang dilaksanakan dari tahun 1850
hingga 1864 oleh tentara yang dipimpin oleh Hong Xiuquan, seorang
pemeluk Kristen heteodoks. Ia mendirikan Kerajaan Surga Taiping dengan
ibukota di Nanjing dan memperoleh kekuasaan atas sebagian Cina selatan,
pada puncaknya menguasai sekitar 30 juta orang. Mereka mencoba untuk
melaksanakan beberapa reformasi sosial, seperti pemisahan seks yang
ketat, penghapusan tradisi mengikat kaki, sosialisasi tanah, “penekanan”
perdagangan pribadi dan menggantikan Konfusius, Buddha dan agama
tradisional Cina menjadi Kristen.
3. Revolusi China
Merupakan
gejolak politik yang besar di Cina antara 1911 dan 1949 yang akhirnya
mengarah pada aturan Partai Komunis dan pembentukan Republik Rakyat
Cina. Pada tahun 1912 sebuah pemberontakan nasionalis menggulingkan
dinasti Manchu kekaisaran. Di bawah pemimpin Ming Zhong Shan (Sun
Yat-sen) (1923-1925) dan Jiang Jie Shi (Chiang Kai-shek) (1925-1949),
Nasionalis, atau Guomindang, semakin ditantang oleh gerakan komunis
berkembang. 10.000-km / 6.000-mi Long March di barat laut, dilakukan
oleh komunis 1934-1935 melarikan diri Guomindang pelecehan,
mengakibatkan munculnya Mao Zedong sebagai pemimpin komunis. Selama
Perang Dunia II berbagai kelompok politik Cina mengumpulkan sumber daya
militer melawan penjajah Jepang, tetapi pada tahun 1946 menghidupkan
kembali konflik ke perang saudara terbuka. Pada tahun 1949 Guomindang
itu dikalahkan di Nanjing dan terpaksa mengungsi ke Taiwan. Aturan
Komunis didirikan di Republik Rakyat Cina di bawah pimpinan Mao Zedong.
4. Revolusi Kuba
Pada
10 Maret 1952, Jendral Fulgencio Batista menggulingkan Presiden Kuba,
Carlos Prio Socarras, dan menolak semua hasil pemilihan. Ulah Batista
membuat seorang pengacara bernama Fidel Castro marah, sehingga tujuh
tahun berikutnya giliran Batistalah yang digulingkan oleh Castro.
Castro
memimpin sebuah gerakan revolusioner dengan melawan pasukan militer
Batista pada 26 Juni 1953. Namun gerakan tersebut gagal, Castro
ditangkap dan dihukum 15 tahun penjara Castro divonis 15 tahun di Isla
de Pinos. Setelah pemilu 1955, Batista membebaskan semua tahanan
politik, termasuk penyerbu Moncada. Castro Bersaudara mengungsi ke
Meksiko dan bergabung dengan orang-orang Kuba yang siap membebaskan
negerinya. Selama masa itu, Castro juga bertemu dr. Che Guevara dari
Argentina, yang bergabung dengan angkatan mereka. Pada bulan Desember
1956, 82 pemberontak meninggalkan Meksiko menumpang perahu Granma menuju
Kuba. Semuanya terbunuh dalam pertempuran pertama begitu mendarat di
daerah yang kini menjadi Provinsi Granma, kecuali 12 orang. Castro
Bersaudara dan Guevara termasuk orang-orang yang selamat.
Pada tahun 1958, pasukan pemberontak
memulai serangan. Mereka maju dalam 2 kelompok. Yang pertama dipimpin
oleh Castro Bersaudara dan menuju bagian timur pulau dengan kota
terbesar keduanya Santiago de Cuba. Kelompok yang kedua di bawah
pimpinan Che Guevara dan Camilo Cienfuegos menuju ke barat. Pertempuran
Santa Clara yang menentukan meletus dan dimenangkan oleh kelompok
tersebut. Pada tanggal 1 Januari 1959, Batista melarikan diri ke
Republik Dominika. Esoknya, pemberontak menduduki Havana dan Santiago de
Cuba. Pada tanggal 8 Januari, Fidel Castro mencapai Havana,
menyempurnakan kemenangan revolusi.
5. Revolusi Iran
Revolusi
Islam yang terjadi pada 1978-1979 telah mengubah sistem politik dan
bentuk negara Iran: dari monarki-absolut menjadi republik Islam.
Perbedaan mencolok di antara keduanya adalah, jika sebelum revolusi Iran
merupakan sebuah negara sekuler maka Iran pascarevolusi merupakan
sebuah negara “semi-teokratis” yang didominasi kaum mullah atau ulama
Syi’ah Khomeini diasingkan ke Irak pada tahun 1964 setahun setelah ia
dipenjarakan oleh Shah Iran. Pada tahun 1978, Khomeini pindah ke Paris
dan mulai menyusun gerakan revolusi Islamnya di ibukota Prancis
tersebut.
Pada Januari 1979, gerakan revolusi
yang dirancang Khomeini berhasil menggusur pemerintahan Shah Iran.
Setibanya di Iran, Khomeini terus melanjutkan gerakan revolusinya dan
mulai mendukung milisi Islam yang pro kepadanya. Dua minggu kemudian,
PM Shahpur Bakhtiar yang pro Shah mengundurkan diri dan Khomeini
menunjuk Mehdi Bazargan sebagai perdana menteri yang baru. Dua bulan
kemudian, pada April 1979, Khomeini mengumumkan berdirinya Republik
Islam Iran. Di dalam pemerintahan Iran yang baru ini, Ayatullah Khomeini
berperan sebagai pemimpin tertinggi sekaligus pemimpin spiritual Iran.
Khomeini meninggal pada bulan Juni 1989, sepuluh tahun sejak
kepulangannya ke Iran. (**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar