Rabu, 30 Januari 2013

Kisah Bill Gates: Dilempari Botol Hingga Sukses Kaya Raya!

Bill Gates adalah salah satu nama paling terkenal di jagat teknologi. Ia mendirikan Microsoft yang menjelma sebagai perusahaan software terbesar di dunia.

Nama Bill Gates sering dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia. Padahal, perjalanan hidupnya bisa dibilang tidak terlalu mulus dimana ia lebih memilih drop out dari universitas.

Seperti apa kisah hidup Bill Gates dan bagaimana upayanya membangun Microsoft dari bawah? Berikut riwayat singkat sang pria berkacamata itu yang dihimpun detikINET dari berbagai sumber.



1. Lahir dari Keluarga Berada



Nama lengkap Bill Gates adalah William Henry "Bill" Gates III. Ayahnya bernama sama dengannya William Henry Gates II yang saat ini berusia 86 tahun. Sedangkan sang ibu, Mary Maxwell Gates meninggal dunia tahun 1994.

Ayah Gates berprofesi sebagai pengacara cukup terkenal. Sedangkan sang ibu menduduki dewan pimpinan di berbagai perusahaan. Gates punya dua saudawar wanita bernama Kristianne dan Libby.

Di keluarga yang berada itulah, Bill Gates tumbuh besar. Bill sangat dekat dengan ibunya, Mary. Mary di masa mudanya dikenal sebagai atlet dan mahasiswa top. Dia menanamkan nilai kedisplinan pada anak-anaknya, termasuk pada Bill Gates.

Mary menuntut anaknya untuk selalu belajar keras, berolahraga dan mengikuti les musik. Dia juga berharap anak-anaknya berpakaian dengan pantas dan ramah kepada para tamu yang berkunjung ke rumah.

"Dia orang tua yang banyak terlibat dengan anaknya. Bukan hanya soal peringkat di kelas atau semacamnya, namun bagaimana kami harus bersikap di publik," tukas Libby Armintrout, adik Bill Gates.


2. Keranjingan Membaca


Sejak usia muda atau sekitar 10 tahun, Bill Gates menurut penuturan ayahnya sudah sangat suka belajar. Dia sudah tamat membaca World Book Encylopedia dari seri awal sampai akhir.

"Saya sungguh memiliki banyak impian ketika masih kecil dan saya pikir hal itu tumbuh dari fakta bahwa saya punya kesempatan untuk banyak membaca," kata Gates suatu ketika.

Orang tuanya pun sangat mendukung hobi yang bagus tersebut. Mereka selalu membelikan buku apapun yang diminta oleh anaknya. Pada usia 11 tahun, Gates sudah aktif bertanya pada ayah soal topik bisnis sampai peristiwa dunia.

"Sungguh menarik dan saya pikir itu adalah hal yang hebat. Namun ibunya tidak menyukai kebiasannya itu," kenang Gates senior.

Ya, sang ibu mulai khawatir karena Gates mulai cenderung hanya suka berkutat dengan buku ketimbang berhubungan dengan orang lain. Gates pun mulai sering bertengkar dengan ibu yang berupaya mengontrolnya




3. Bocah yang Pintar

Ayah dan ibu Gates mulai khawatir karena anaknya terlihat cepat bosan. Ia memang anak yang pandai dan mampu menyerap semua pelajaran dengan baik.

Pada umur 13 tahun, Bill menuntut ilmu di sekolah eksklusif, Lakeside School. Dia dikenal sebagai siswa yang sangat pandai di sana.

Di sisi lain, Bill Gates mulai tidak suka dikontrol orang tuanya. Pada sebuah makan malam ketika Gates masih remaja, ia berkata cukup kasar pada sang ibu karena sebuah pertengkaran. Sang ayah pun melempar botol minum ke wajah anaknya. Ia kecewa anaknya menjadi bandel.

Gates akhirnya dibawa ke seorang terapis. Sang konselor menyatakan bahwa pada akhirnya, sang anak akan menang dalam 'pertengkaran' sehingga disarankan untuk tidak terlalu mengekangnya.

Ibu dan ayah Gates akhirnya membiarkan anaknya tumbuh mandiri dan tidak terlalu mengekangnya lagi. Gates pun gemar berpetualang untuk menyalurkan hobinya mengutak atik komputer.

Dia pernah menghabiskan beberapa malam di University of Washington untuk main komputer gratis. Dia pernah pula bekerja paruh waktu sebagai programmer di sebuah power plant di selatan Washington.


4. Memilih Drop Out

Akhirnya setelah mendirikan Microsoft bersama Paul Allen, Bill Gates memutuskan drop out dari Harvard University. Meski berat, orang tuanya mendukung keputusannya itu.

"Mary dan aku sangat cemas tentang itu. Harapannya dan aku sebenarnya sama dengan orang-orang yang punya anak di universitas, yaitu agar dia wisuda," kata Gates senior.

Ibunya tetap meminta Gates melakukan beberapa hal. Misalnya menjaga rumahnya tetap bersih dan datang berkunjung seminggu sekali untuk makan bersama.

"Sungguh sebuah keputusan berat dan saya tahu orang tua juga mengkhawatirkannya. Dan meskipun saya tidak akan pernah mendorong orang lain untuk drop out sekolah, bagi saya pilihan itu memang tepat," ucap Bill Gates suatu ketika.

Namun Gates pernah menyatakan penyesalan tidak sempat menyelesaikan kuliahnya. Dia pun meminta agar para mahasiswa tidak mengikuti jejaknya.

"Saya kira drop out kuliah bukan ide yang bagus. Saya senang bisa menempuh kuliah meski hanya dua setengah tahun. Saya melengkapi beberapa kuliah dengan kursus online," kata Gates dalam sebuah pidato di Universitas Chicago.

5. Kejayaan Microsoft

Pilihan Bill Gates untuk drop out memang tepat baginya. Ia fokus mengembangkan Microsoft yang kemudian berjaya sebagai produsen software komputer terbesar di dunia.

Sistem operasi Windows sampai sekarang masih sangat dominan dipakai di mayoritas komputer. Dan belum ada pesaing yang cukup berarti. Bill pun kerap dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia. Harta kekayaannya diestimasi USD 61 miliar.

"Saya mengambil langkah raksasa dan segera. Jika Anda berada di tempat dan waktu yang tepat dan memiliki visi ke mana teknologi baru akan menuju namun Anda tidak beraksi, Anda tidak akan pernah bisa sukses," katanya mengenai resep suksesnya.

Saat ini, Bill Gates memang sudah pensiun dalam mengurusi Microsoft. Dia memilih fokus pada urusan kemanusiaan di yayasan Bill & Melinda Gates Foundation.

Sampai tahun 2007, total sumbangan yang diberikan Bill & Melinda Gates Foundation telah mencapai USD 28 miliar. Yayasan ini dianggap salah satu yang paling banyak menyumbangkan uang untuk kegiatan kemanusiaan.

Bill Gates sendiri dilaporkan telah memberikan persentase besar dari hartanya untuk aktivitas filantropi, sebesar 48%. Dia bergabung dengan dermawan kaya lain yang juga punya jejak sama, seperti Andrew Carnegie dan Warren Buffet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar