TEMPO.CO, Jakarta -Benda yang meledak di langit Rusia merupakan batu
yang jatuh dari luar angkasa. Batu yang meledak pernah terjadi di Teluk
Bone.
Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia memperkirakan batu dari luar angkasa ini
berbobot 10 ton. Batu meluncur deras dari timur menembus angkasa dengan
kecepatan minimal 54 ribu kilometer per jam 60 kali lipat kecepatan
pesawat Boeing 777.
Dari rekaman video yang beredar di internet, dipastikan objek tersebut
terbakar ketika masuk ke dalam atmosfer. Udara menggesek permukaan batu,
membuatnya terbakar hingga ribuan derajat Celsius di sisi luar. Tekanan
udara menyebabkan batu retak. Batu meledak dan pecah menjadi serpihan
ketika tak kuat menahan tekanan pada ketinggian 30-50 kilometer di atas
daratan.
"Penduduk kota melihat cahaya putih menyilaukan," ujar seorang guru di
daerah Chelyabinsk kepada kantor berita Rusia RIA Novosti.
Ledakan menjalarkan udara terkompresi atau dikenal sebagai gelombang
kejut. Kaca-kaca pecah dan jalur komunikasi nirkabel terganggu.
Sedikitnya 400 orang cedera akibat terkena pecahan kaca.
Gubernur Chelyabinsk, Mikhail Yurevich, menyebutkan sebuah serpihan
besar batu dari langit tersebut jatuh di sebuah danau di daerahnya.
Polisi setempat melaporkan kawah selebar delapan meter ditemukan dekat
danau tersebut. Laporan lain menyebutkan serpihan juga jatuh di daerah
Tyumen, Kurgan dan Sverdlovsk. Tiga ribu bangunan dilaporkan rusak
setelah ledakan batu.
Sehubungan dengan kawah akibat tumbukan, lembaga nuklir Rusia melaporkan
tingkat radiasi di sekitar kawah masih normal. Selain itu tak ada
peningkatan radiasi dari beberapa fasilitas nuklir di kawasan sekitar
kejadian.
"Informasi yang kami dapatkan menyebutkan meteorit ini berasal dari batu
yang terpecah menjadi beberapa bagian," ujar juru bicara Kementerian
Darurat Rusia, Elena Smirnykh.
Batu yang menghujani daratan Rusia dipastikan tak berhubungan dengan
asteroid 2012 DA14 yang akan melintas di atas Sumatera pada Sabtu pagi
nanti. Analisis ukuran dan arah datang batu ini tak cocok dengan
karakter asteroid. Astronom jauh-jauh hari memastikan asteroid tak akan
menabrak bumi.
Bumi merupakan jaring raksasa yang efektif menangkap batu angkasa.
Setiap tahun, 40 ribu ton batu dari langit masuk ke atmosfer. Sebagian
besar dari jumlah tersebut terbakar di udara. Karenanya para ahli
memiliki keyakinan bumi cukup aman dari serbuan batu-batu ini.
Namun tetap saja ada yang lolos. Pada 1908, sebuah batu dalam bentuk
asteroid berukuran 50 meter jatuh di kawasan Tunguska, Siberia. Batu
meledak di angkasa dan memancarkan cahaya menyilaukan. Gelombang kejut
akibat ledakan ini merobohkan pepohonan, membuat rimba lebat seluas
ratusan kilometer persegi rata dengan tanah.
Pada 2008, asteroid 2008 TC3 tiba-tiba terlihat terbang ke arah bumi.
Penghitungan cepat memperkirakan tabrakan akan terjadi dalam 20 jam.
Kenyataannya batu ini meledak dan pecah di atas Gurun Nubian di Sudan.
Indonesia pun pernah ketiban batu angkasa. Pada 8 Oktober 2009, asteroid
10 meter meluncur deras menuju Indonesia bagian timur. Tanpa sempat
terdeteksi, batu ini meledak di udara, didahului munculnya bola api.
Kesaksian warga menunjukkan batu tersebut meledak di atas Teluk Bone.
Warga juga merasakan gempa setelah ledakan ini. Para ahli memperkirakan
ledakan asteroid kecil ini setara dua kali bom atom yang dijatuhkan di
Nagasaki pada Perang Dunia Kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar