Beberapa hari lalu, banjir besar melanda Jakarta. Padahal saat itu Jokowi dan anak buahnya mengaku sangat siap menghadapi musim banjir.
Tapi apa daya, musibah tak bisa ditebak dan ditolak. Jokowi pun harus rela daerah kekuasaannya ini bak lautan dan mengganggu kegiatan perekonomian Jakarta.
Meski pusing, Jokowi tetap berusaha santai di depan media. Tak hanya persoalan banjir, gaya yang sama juga dia tunjukkan ketika dicecar sejumlah masalah di Jakarta.
Bahkan agar suasana tak tegang, Jokowi suka mengeluarkan celetukan tanda kesal tapi dengan gaya bercanda hingga mengundang gelak tawa. Berikut istilah unik yang dimunculkan Jokowi saat pusing melihat masalah Jakarta yang penanganannya selama ini sangat buruk.
1. Istilah gasar gusur
Istilah ini muncul ketika Jokowi
meminta jajarannya tegas dalam memberikan solusi pada warga yang
tinggal di pinggiran kali, rel kereta api. Terlebih tak semua warga di
tempat itu merupakan warga ilegal.
"Ajak bicara, cari jalan keluar bersama-sama tapi tegas, bahwa yang ada di tempat-tempat itu sesuai Perda," ujar Jokowi di Balai Kota Jakarta, Selasa (29/1).
Meski warga mengaku mengantongi sertifikat sendiri atau perusahaan dan tanah negara, menurut Jokowi kalau dipakai untuk kepentingan umum, maka harus mau untuk digeser ke lokasi lain.
"Tapi yang paling penting diberi solusi. Jadi enggak hanya gasar-gusur saja," katanya.
"Ajak bicara, cari jalan keluar bersama-sama tapi tegas, bahwa yang ada di tempat-tempat itu sesuai Perda," ujar Jokowi di Balai Kota Jakarta, Selasa (29/1).
Meski warga mengaku mengantongi sertifikat sendiri atau perusahaan dan tanah negara, menurut Jokowi kalau dipakai untuk kepentingan umum, maka harus mau untuk digeser ke lokasi lain.
"Tapi yang paling penting diberi solusi. Jadi enggak hanya gasar-gusur saja," katanya.
2. Istilah wang weng wang weng
Istilah ini muncul setelah Jokowi
mengamati persoalan apa yang membuat warga protes dengan rencana
pembangunan Mass Rapid Transit (MRT). Dia pun membayangkan warga tak
akan bisa tidur nyenyak ketika MRT melintas jika jaraknya terlalu dekat
dengan rumah penduduk.
"Masa jarak rumah sama MRT hanya 7 meter. Wua wang weng, wang weng gitu terus toh tiap menit. Ya warga itu betul. Bener kalau dekat jendela dan pintu hanya 7 meter ya," ujar Jokowi di Balai Kota DKI, Kamis (29/11).
Jokowi menilai di era kepemimpinan Fauzi Bowo dan Prijanto, proyek ini kurang disosialisasikan ke warga. Karena itu, ketika sudah mau berjalan muncul protes di sana-sini.
"Itu yang saya bilang sosialisasinya kurang, ya yang seperti itu. Atau mungkin memang, yang di atasnya yang enggak benar, gitu loh," katanya.
"Masa jarak rumah sama MRT hanya 7 meter. Wua wang weng, wang weng gitu terus toh tiap menit. Ya warga itu betul. Bener kalau dekat jendela dan pintu hanya 7 meter ya," ujar Jokowi di Balai Kota DKI, Kamis (29/11).
Jokowi menilai di era kepemimpinan Fauzi Bowo dan Prijanto, proyek ini kurang disosialisasikan ke warga. Karena itu, ketika sudah mau berjalan muncul protes di sana-sini.
"Itu yang saya bilang sosialisasinya kurang, ya yang seperti itu. Atau mungkin memang, yang di atasnya yang enggak benar, gitu loh," katanya.
3. Istilah ngerak ngeruk
Istilah ini muncul ketika Jokowi
kesal melihat salah satu solusi penanganan banjir banyak mengeruk kali.
Sebab menurutnya, menyelesaikan masalah banjir bukan hanya di hilir.
Artinya, daerah sekitar Jakarta juga harus memikirkan caranya agar
penanganan berjalan sinkron.
"Ya ini kan persoalan dari hulu ke hilir ini yang harus dikoneksikan di situ. Jadi ini harus kerja apa, Kemen PU harus kerja apa, DKI harus kerja apa. Yang konkret kalau saya. Ya percuma kalau cuma ngerak-ngeruk," kata Jokowi di Gedung DPR Jakarta, Kamis (31/1).
Jokowi menjelaskan, maksud tidak ada solusi konkret bukan berarti menyindir kerja gubernur-gubernur tetangga. Tapi ke depan memang harus ada solusi yang konkret, sebab jika cara penanganan di hulu tidak diperbaiki maka akan percuma.
"Ya ini kan persoalan dari hulu ke hilir ini yang harus dikoneksikan di situ. Jadi ini harus kerja apa, Kemen PU harus kerja apa, DKI harus kerja apa. Yang konkret kalau saya. Ya percuma kalau cuma ngerak-ngeruk," kata Jokowi di Gedung DPR Jakarta, Kamis (31/1).
Jokowi menjelaskan, maksud tidak ada solusi konkret bukan berarti menyindir kerja gubernur-gubernur tetangga. Tapi ke depan memang harus ada solusi yang konkret, sebab jika cara penanganan di hulu tidak diperbaiki maka akan percuma.
4. Istilah ropat rapat
Jokowi
memunculkan istilah ini karena geram, penyelesaian banjir hanya tuntas
di meja dan di atas kertas saja. Praktik di lapangannya, penanggulangan
itu hanya setengah hati.
Alhasil banjir selalu melanda Jakarta. Berbagai mega proyek bernilai fantastis tampak seperti objek tak bertuan, tak diperhatikan apalagi dirawat.
"Itu harus dikoneksikan dan sudah bertahun-tahun di rapat, ropat rapat, ropat-rapat. Kalau enggak ada sebuah solusi untuk apa kita," ujar Jokowi di Balai Kota.
jokowi ingin pertemuan baik dengan kementerian terkait seperti Kemen PU, DPR, dan gubernur wilayah sekitar bukan hanya kegiatan rutin temu kangen. Melainkan ada hasil dan solusi yang bisa dibawa pulang untuk ditindak lanjuti.
"Kalau diketemuin ya nyambung cret, tinggal kalau ini menyangkut anggaran tinggal berapa gede anggaran yang dibutuhkan," jelas Jokowi
.
Alhasil banjir selalu melanda Jakarta. Berbagai mega proyek bernilai fantastis tampak seperti objek tak bertuan, tak diperhatikan apalagi dirawat.
"Itu harus dikoneksikan dan sudah bertahun-tahun di rapat, ropat rapat, ropat-rapat. Kalau enggak ada sebuah solusi untuk apa kita," ujar Jokowi di Balai Kota.
jokowi ingin pertemuan baik dengan kementerian terkait seperti Kemen PU, DPR, dan gubernur wilayah sekitar bukan hanya kegiatan rutin temu kangen. Melainkan ada hasil dan solusi yang bisa dibawa pulang untuk ditindak lanjuti.
"Kalau diketemuin ya nyambung cret, tinggal kalau ini menyangkut anggaran tinggal berapa gede anggaran yang dibutuhkan," jelas Jokowi
.
sumber : http://iniunic.blogspot.com/2013/02/istilah-unik-yang-dimunculkan-jokowi.html#ixzz2JnmvGn6y
Tidak ada komentar:
Posting Komentar