Tahun 1871 lalu, J Reerink mulai melakukan pengeboran minyak di
Indonesia. Pengeboran itulah yang menjadi cikal bakal dunia perminyakan
di Indonesia. Dari situlah, Belanda mulai membuat studi untuk mencari
potensi-potensi minyak di seluruh dataran Indonesia.
Dari studi
tersebut, terciptalah kapling-kapling minyak yang ditandai untuk membagi
hak pengeboran di daerah tersebut. Adalah Zylker, orang pertama yang
memperoleh konsesi di daerah Telaga Said, Langkat, Sumatera Utara 1883.
Tapi siapa kira salah satu kapling minyak, yang sekarang disebut dengan blok minyak, salah satunya terletak di Jakarta?
Setelah
18 perusahaan asing melakukan pengeboran di Indonesia, Royal Dutch
(mulai tahun 1907 bergabung dengan Shell Transport dan Trading Company)
mengambil alih semua blok-blok minyak tersebut.
Pada saat
dibentuk Pertamina sebagai perusahaan minyak negara tahun 1957, praktis
aset-aset milik Royal Dutch diserahkan kepada negara di bawah
pengelolaan Pertamina.
Pada tahun 2011, Royal Dutch Shell
menyerahkan secara resmi 8.867 sumur dan 220 data seismik kepada
Pertamina. Ladang minyak warisan Belanda itu kini telah diberikan kepada
salah satu anak perusahaan Pertamina yaitu Pertamina EP.
Kemarin,
Pertamina EP mengumumkan bahwa pihaknya menyerahkan blok-blok migas
warisan Belanda kepada negara lantaran tidak dimungkinkan untuk
melakukan survei seismik yang merupakan tahapan di mana perusahaan
minyak mencari tahu potensi migas di suatu daerah.
Direktur
Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina EP Doddy Priambodo mengatakan,
blok Jakarta tidak mungkin dilakukan uji seismik karena sudah menjadi
pusat perkotaan dan pemerintahan.
"Di UU nomor 22 tahun 2001
(tentang minyak dan gas bumi) menyatakan pengeboran atau eksplorasi
minyak tidak boleh dilakukan di lingkungan pemerintahan," jelas dia,
Kamis (7/3).
Blok yang dinamakan Jawa Barat Utara itu membentang
dari Monas, Jatinegara, Tanah Abang hingga daerah Bumi Serpong Damai di
Tangerang.
Potensi minyak di Jakarta mungkin saja ada. Pasalnya,
salah satu blok migas lepas pantai milik Pertamina yaitu Offshore North
West Java (ONWJ) terletak membentang di sepanjang pantai Cirebon hingga
Kepulauan Seribu. Selain itu, terdapat tiga blok di Jatinegara, 3 di
Jakarta Timur dan satu dua di kota Bekasi mengandung potensi gas yang
tinggi yaitu 23,9 miliar kaki kubik.
Meski begitu, sejarawan JJ
Rizal mengaku belum pernah mendengar mengenai potensi minyak di Jakarta
sepanjang sejarah yang tercatat. "Saya tahu bahwa Belanda dulu
mengkapling-kapling minyak. Tapi nggak tahu soal ada potensi minyak di
Jakarta," ujar dia.
sumber : http://iniunic.blogspot.com/2013/03/benarkah-ada-kandungan-minyak-bumi-di.html#ixzz2N36v7Qo4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar